TUGAS
MATA KULIAH
MANAJEMEN
PEMOTONGAN
Disusun
oleh :
Nama : Sallu Warni
NIM : 23010114120058
Kelas :
B Peternakan
PROGRAM STUDI S 1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN
PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Proses
Pemotongan Ternak
I.
Proses Pemotongan Sapi
Proses
pemotongan merupakan suatu proses yang dimulai dari penyembelihan ternak sampai
pemotongan karkas yang akan menghasilkan produk peternakan. Proses
penyembelihan dibagi menjadi dua yaitu secara tradisional dan mekanik.
Penyembelihan secara tradisional dilakukan oleh seorang jagal dengan syariat
Islam menggunakan peralatan tradisional seperti pisau yang tajam sedangkan
secara mekanik dilakukan dengan menggunakan mesin dan alat-alat modern,
sehingga hasil kualitasnya lebih baik dan beban kerja lebih ringan. Ternak yang
akan dipotong akan digiring agar masuk
kedalam restaining box untuk dijatuhkan. Setelah jatuh, lalu sapi disiram air
dingin kemudian disembelih dengan tata cara halal. Menurut Murtidjo
(1990) penyiraman air betujuan agar hewan bersih dan terjadi kontraksi perifer
sehingga darah perifer banyak mengalir ke jantung serta mempermudah pengulitan.
Cara merebahkan sapi ada 2 yaitu dengan
cara Burley dan Square. Cara burley dilakukan
dengan membagi tali menjadi 2 bagian, kemudian dikalungkan mulai dari pundak,
selanjutnya tali disilangkan dibagian punggung dan perut kemudian dimasukkan ke
selangkangan, kemudian tali ditarik perlahan-lahan sampai akhirnya sapi roboh
dan teknik square ini membutuhkan
seutas tali kira-kira ukuran diameter satu cm dan panjang sekitar sepuluh
meter. Awalnya tali dikaitkan di tali keluh hewan, kemudian dililitkan ke
bagian badan atau perut serta kalau sudah siap cukup ditarik oleh satu orang
secara pelan-pelan dan Sapi akan roboh juga secara pelan-pelan, selanjutnya
prosesi penyembelihan akan mudah dilakukan.
Menurut Soeparno (1994) pada dasarnya ada dua cara
atau teknik pemotongan atau penyembelihan ternak, yaitu teknik pemotongan ternak
secara langsung dan teknik pemotongan ternak secara tidak langsung. Pemotongan
ternak secara langsung, dilakukan setelah ternak diperiksa dan dinyatakan
sehat, maka ternak langsung dapat disembelih. Pemotongan ternak
secara tidak langsung ialah ternak dipotong setelah dilakukan pemingsanan (“stunning”) dan ternak telah benar-benar
pingsan. Tujuan pemingsanan pada ternak yang akan disembelih adalah untuk
memudahkan pelaksanaan penyembelihan ternak, agar ternak tidak tersiksa dan
terhindar dari resiko perlakuan kasar, agar kualitas kulit dan karkas yang
dihasilkan lebih baik, karena pada waktu menjatuhkan, ternak tidak banyak
terbanting atau terbentur benda keras, sehingga terjadinya cacat pada kulit
atau memar pada karkas dapat dihindarkan seminimal mungkin.
Sapi yang telah pingsan kemudian dibawa ke ruang
pemotongan. Proses penyembelihan di Indonesia umumnya dilakukan
secara manual melalui pemutusan sebagian kulit, otot, arteri karotis, vena
jugularis, trakhea dan esofagus dengan menggunakan pisau potong, serta ternak
dihadapkan ke arah kiblat, sehingga bagian kepala ternak ada di sebelah selatan
dan ekor disebelah utara. Pemotongan secara manual ini dimaksudkan
untuk memenuhi persyaratan halal dari produksi daging yang dihasilkan.
Pengeluaran
Darah
Proses pengeluaran (bleeding), yaitu penusukan leher ke arah jantung dengan menggunakan
pisau khusus. Pengeluaran darah merupakan faktor penting karena
darah merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisma dan hal
ini mempengaruhi mutu karkas. Williamson dan Payne (1991), menyatakan bahwa proses
pengeluaran darah yang sempurna sangat penting untuk menghasilkan daging dan
kulit yang mempunyai mutu penyimpanan baik, karena pengeluaran darah yang tidak
sempurna selama proses penyembelihan akan menyebabkan lebih banyak residu darah
yang tertinggal di dalam karkas, sehingga daging yang dihasilkan berwarna lebih
gelap dan lemak daging dapat tercemar oleh darah.
` Penyiapan
Karkas (Carcassing)
Hasil pemotongan ternak ruminansia besar dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu bagian yang disebut karkas dan non karkas atau yang
lazim disebut “offal” yang terdiri
dari kulit, kepala, keempat kaki bagian bawah mulai dari tulang tarsus dan
carpus, serta jeroan.
Selama proses penyiapan karkas, ternak yang telah
dipotong digantung pada gantungan karkas (hook). Penggantungan
biasanya dilakukan pada bagian “tendo
archiles”, yaitu pada sela-sela tulang pada kedua paha
belakang. Penggantungan pada bagian ini akan menyebabkan daging
menjadi lebih empuk pada bagian has dalam (“fillet”
atau “tender-loin”).
Secara umum
proses pe-nyiapan karkas meliputi kegiatan sebagai berikut :
Pemisahan
Kepala dan Keempat Kaki
Pemisahan bagian kepala dari tubuh ternak dilakukan
pada bagian bekas pemotongan atau penyembelihan, dan yang terbaik dilakukan
pada bagian sambungan antara tulang leher dengan tulang kepala (tulang atlas),
sehingga bagian leher tidak banyak terbuang dari karkas.
Pemotongan keempat kaki ternak yang telah disembelih
dilakukan pada bagian persendian tulang kanon, yaitu sambungan tulang lutut
(tibia dan fibula) di daerah benjolan “tarsus” untuk kaki belakang dan pada
sambungan tulang siku (radius dan ulna) di daerah benjolan tulang “carpus”
untuk kaki depan.
Proses
Pengulitan
Proses pengulitan “skinning”,
diawali dengan cara membuat irisan panjang pada kulit sepanjang permukaan dalam
(medial kaki). Kulit dipisahkan mulai dari ventral kearah punggung
tubuh.
Pembelahan
Dada dan Pengeluaran Jeroan
Pembelahan dada
dan pengeluaran jeroan dilakukan terlebih dahulu pembedahan lubang anus, dan
pada bagian ujung saluran pencernaan kemudian ditutup dengan kantung plastik
atau diikat dengan tali rafia. Perlakuan ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi antara kotoran sapi yang berada dalam saluran
pencernaan dengan bagian lainnya selama proses penyiapan karkas atau “Carcassing”.
Pembukaan perut atau rongga
abdomen, dilakukan dengan membuat irisan dari atas ke bawah
sepanjang bagian ventral tengah, kemudian lakukan pemisahan penis dan testikel
pada ternak sapi jantan atau jaringan ambing pada ternak sapi betina, serta
lemak ruang abdominal yang sudah lepas. Pemotongan ekor juga
dilakukan dengan pengeluaran jeroan. Pemotongan ekor biasanya
dilakukan pada bagian tulang pangkal ekor (“cocygeal
vertebrae”). .
Pembukaan rongga dada dilakukan dengan menggunakan
gergaji, tepat melalui ventral tengah tulang dada atau “sternum”.
Pembelahan Karkas
Pembelahan karkas atau yang lazim disebut “halving”, adalah membelah karkas menjadi
dua bagian yaitu karkas bagian tubuh sebelah kanan dan karkas bagian tubuh
sebelah kiri. Pembelahan dilakukan dengan menggunakan gergaji
pembelah karkas, dengan cara pemotongan memanjang tepat melalui garis tengah
tulang belakang (“vertebrae”). Karkas
yang telah dibelah dibersihkan dengan menggunakan air bersih yang bertujuan
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih menempel pada karkas, seperti
darah, serbuk tulang dan kotoran lainnya. Kemudian dilakukan
penimbangan untuk memperoleh berat karkas segar. Karkas yang sudah
bersih dapat dibungkus dengan kain putih untuk merapikan lemak subkutan.
Pendinginan
Pendinginan dimaksudkan untuk mengurangi penyusutan
karena evaporasi, mengurangi “drip loss” (kehilangan cairan yang terbentuk
akibat keluarnya air dari jaringan daging yang mengandung protein, lemak dan
zat gizi lain yang terdapat dalam daging) dan mencegah kontaminasi bakteri.
Menurut Soeparno (1994) lamanya pendinginan berkisar
24 jam sebelum pemotongan tulang rusuk atau pemotongan paruhan karkas (“half carcass”) menjadi perempat bagian
karkas (“quarter carcass”). Temperatur
ruang pendinginan berkisar antara -40C sampai dengan 10C,
tapi menurut Blakely dan Bade (1991) temperatur ruang pendinginan harus tetap
pada 20C.
Karkas atau daging baru dapat dikeluarkan atau
dipasarkan apabila telah diperiksa oleh dokter hewan atau petugas yang
berwenang, dimana karkas yang sehat akan diberi stempel atau dicap sebagai
tanda layak dan aman untuk dikonsumsi.
Pelayuan.
Pelayuan adalah penanganan karkas atau daging segar
postmortem yang secara relatif belum meng-alami kerusakan mikrobial dengan cara
penggantungan atau penyimpanan selama waktu tertentu pada temperatur tertentu
di atas titik beku karkas atau daging lebih kurang -1,50C.
DAFTAR
PUSTAKA
Blakely, J dan Davia H. Bade. 1991. Ilmu peternakan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 1990. Ternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Williamson, G dan W, J, A, Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Penerjemah: S. G. N. Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
II. Pemotongan Babi
Pemotongan babi
dilakukan secara tidak langsung dengan dilakukan pemingsanan. Menurut Ronald
(2012) menyatakan bahwa alur pemotongan babi terdiri dari pemingsanan,
penusukan dan pengeluaran darah, pencabutan bulu dan pemisahan kepala,
pengeluaran jeroan, pembelahan karkas menjadi dua bagian dan penimbangan karkas.
Pemingsanan
Pemingsanan bertujuan agar
ternak tidak menderita dan
aman bagi yang memotong. Beberapa cara pemingsanan
dapat dilakukan pada babi yaitu:
·
Pemingsanan
dengan cara memukulkan
palu yang terbuat
dari kayu keras pada bagian atas
dahi, sehingga babi jatuh dan tidak sadar.
·
Pemingsanan dilakukan dengan
menggunakan senapan yang mempunyai pen. Pen ini akan menembus
tempurung kepala babi dan mengenai otak,
sehingga babi pingsan dan roboh.
·
Pemingsanan dilakukan dengan menggunakan sengatan listrik.
·
Penggunaan
Chemical Narcosis. Babi
yang akan dibius
dimasukkan pada ban berjalan
kemudian dibawa kedalam
terowongan yang telah diisi
oleh CO2 sebanyak
60-65%, babi ditahan
dalam terowongan selama 1 menit.
Umumnya babi akan sudah pingsan setelah 15 detik.
Umumnya penyembelihan
babi di Indonesia menggunakan teknik penyetruman menggunakan aliran listrik dan dilakukan di sekitar bawah kepala,
kemudian dilakukan penusukan di daerah jantung sampai darah keluar maksimal.
Silalahi dan Sinaga (2010) menyatakan bahwa sebelum dipotong babi ditimbang
dulu bobotnya kemudian disetrum dan ditusuk dari rahang menuju jantung,
kemudian direndam dengan air panas bersuhu 70o C selama 2 menit,
kemudian dikuliti, dipisahkan kepala dan visceranya, kemudian karkas digantung
dan dibelah menjadi 2.
Bleeding
(Pengeluaran darah)
Pengeluaran darah
sangat penting dilakukan pada proses
pemotongan. Ternak harus dikeluarkan
darahnya selama 2
menit. Darah dikeluarkan
dengan menyayat di ujung tulang dada. Posisi kemiringan pisau ditahan
pada sudut 35-40°.
Penghilangan
rambut dan kulit
Rambut babi dapat
dihilangkan dengan cara perendaman (scalding) dalam air panas dan
pengikisan (scraping). Babi dimasukkan dalam bak yang berisi air panas dengan suhu 40-60oC
kemudian dilakukan pengerokan bulu. Pengulitan tidak
dilakukan karena kulit babi memiliki jaringan lemak yang sangat tebal.
Grambelling/singeing/polishing/shaving
Babi yang telah dihilangkan bulunyu dan kulitnya
kemudian dilakukan proses singeing
pada suhu 1200°C
selama 15 menit.
Proses ini dapat
mengontrol patogen. Proses singeing
dapat mereduksi kontaminasi.
Proses selanjutnya adalah
polishing (pewarnaan). Pewarnaan dilakukan dengan cambuk horizontal dan
vertikal.
Pre-evisceration
Wash
Tahap ini
merupakan pencucian yang
dilakukan sebelum proses
pengeluaran isi perut. Pencucian ini dilakukan dengan menggunakan
antimikroba.
Head
removal (Pemisahan kepala)
Penanganan kepala dan kaki dilakukan dengan dilakukan pengerokan bulu pada
bagian kepala dan kaki yang sebelumnya dilakukan perendaman air panas kurang
lebih 5 menit untuk mempermudah pengerokan. Perendaman air panas tidak boleh
terlalu lama karena akan menyebabkan kulit yang melekat pada kepala dan kaki
terkelupas. Setelah itu kepala dan kaki langsung di ambil pedagang atau
konsumen sesuai pesanan.
Bunging
(Penutupan lubang)
Anus dilonggarkan
dengan cara memotong
sekitar rektum, kemudian
anus ditarik. Anus yang
sudah dilonggarkan kemudian
diikat dengan seuntai
tali untuk menghindari pencemaran karkas.
Evisceration
(Pengeluaran Isi Perut)
Organ dalam
yaitu isi rongga
dada dan rongga
perut dikeluarkan. Pada
saat pengeluaran isi rongga
perut harus dijaga
agar isi saluran
pencernaan dan kantong kemih
tidak mencemari karkas.
Final
Trim dan final wash
Karkas
dipotong secara vertikal ditengah sehingga karkas terbagi menjadi dua.
Kemudian karkas di
trim sesuai dengan
grade yang diinginkan dan dilakukan pencucian
selama 10 detik
dengan menggunakan 8
dan 12 ppm klorin. Karkas dipotong-potong menjadi 2 bagian yang sama dengan cara digantung dan
diambil lemak abdominal dan dipisahkan rusuk dan kulitnya. Potongan primal
karkas babi adalah paha (ham), loin, bahu boston (butt),
bahu picnic, perut (bacon), bagian belly, rusuk (space
rib), rahang (fowl). Daging yang sudah dalam bentuk potongan
langsung dibawa pemiliknya untuk dijual. Daging tersebut tidak dilakukan
pelayunan karena langsung dibawa oleh pemilik daging untuk dipasarkan. Seharusnya
setelah daging karkasing, dilihat atau dilakukan pemeriksaan post mortem
untuk melihat daging yang berkualitas dan tidak terkontaminasi bakteri.
Chilling
Karkas dilayukan dalam
chilling room pada suhu 2 dan 4°C . Proses pelayuan dilakukan sepanjang
malam. Proses ini
dapat meminimalkan pertumbuhan bakteri melalui kontrol suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi.
M dan S. Sinaga. 2010. Pengaruh Pemberian Tepung Kulit
Buah Pepaya (Carica Papaya) dalam Ransum Babi Periode Finisher terhadap Persentase Karkas
Tebal Lemak Punggung dan Luas Urat Daging Mata Rusuk. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 680-685.
Ronald, B., H.
2012. Pengaruh taraf pemberian zeolit “aclinop” dalam ransum babi
periode grower-finisher terhadap kualitas karkas. Skripsi. Fakultas
Peternakan.Institut Pertanian Bogor.
Komentar
Posting Komentar